mein Portmonee |
Montag, 11. November 2002
jagat, 11. November 2002 um 03:30:20 MEZIndia, Mandarin dan latin tanteku sudah menanti didepan tivi saat magrib sudah lewat setengah jam yang lalu, mengganti-ganti chanel yang ada. "Mana sih serial itu....", sembari menyebutkan beberapa nama amerika latin, yang banyak disebut-sebut oleh tabloid tivi. Sepupuku yang baru kelas tiga SMP, ngobrol diseberang sana dengan temennya tentang crew meteor garden, yang bakal manggung di jakarta dalam waktu dekat ini. Tak, ketinggalan juga si Jah, pembantu ikutan aktiv nggosipin si Shah Rukh Khan yang akan Play back di Indonesia dengan tiket tanda masuk 3 juta perorang, atau perkepala. Bagi kaum kita, khususnya mereka yang daur hidupnya tak lebih dari rumah dan kantor, maka tivi adalah salah satu wahana hiburan nomor satu. Tivi indonesia subur dengan hiburan-hiburan sampah, yang gampang dan murah layaknya gula Impor, yang mempunyai kualitas rendah tapi bisa memperkaya sebagian orang di jajaran Institut terkait. Sinetron made in Indonesia-pun, kini sudah kritis akan kreativitas, cuma bermodalkan, bintang indo, kekayaan, wanita cantik dan hadiah menarik. Tapi apapun kata media, apapun kata mahasiswa, dibilang tai kucing pun, tivi swasta kita tetap melenggang menayangkan acara sampah itu. Bahkan bintang-bintang sinetron kacangan diarak ke seluruh nusantara, untuk dilihatkan pada ibu-ibu arisan, tante-tante salon atau mahasiswi-mahasiswi centil, yang penting sungai uang mengalir deras. Di sinetron kita cuma diajarkan, bagaimana bentuk wajah cantik, ukuran kaya, egois dan jaga Imej, dikehidupan nyata kita dihadapkan akan buruk rupa indonesia dimata dunia, kemiskinan disana-sini, kebersamaan yang semakin kabur dan korupsi dimana-mana. Bahkan, kita sendiri ogah mengakui, bahwa kita adalah pemeran sinetron hidup yang sedang terpuruk.
|
online for 8130 Days
last updated: 22.08.02, 08:11 You're not logged in ... login
|